Sebongkah Harapan ( Cerita Bersambung - Episode 3 )
Setelah Ang'ger selesai mencurahkan perjalanan seharian dengan seluruh genap jiwanya telah ia curahkan padaNya atas segala apa yang telah dicarinya melalui perantara'an jualannya, Ang'ger kemudian keluar dari kamarnya untuk menemani ibunya yang sudah menunggu untuk makan malam bersama, Ang'ger mencermati wajah anggun Ibunya yang selalu tersenyum dalam keada'an apapun, balutan senyumnya menghiasi wajah oval Ibunya yang kian hari mulai nampak sepuh. Hati Ang'ger mengatakan, sungguh merasa iba sekaligus bangga dengan Ibunya, Aku dibesarkan olehnya tanpa seorang bapak, Ibu menjalani kesehariannya penuh dengan kesendirian dalam berjuang demi kehidupan Ibu dan juga Aku, Beliau kini sudah berjuang membesarkan diriku hingga sa'at ini tanpa kenal lelah. "Air mata telah jatuh dari pelupuk matanya setelah ia menilai dan memandang sosok ibunya", tanpa disadari ibunya telah mengetahui atas apa yang terjadi dengan dirinnya yang telah memperhatikan.
Ibu : "Ang'nger ada apa denga dirimu,hingga kamu menjatuhkan air mata, Nak apa kamu sakit",
Ang'ger : "Tidak Bu, Aku baik-baik saja kok" Bu, mari kita makan mumpung masih hangat nih masakannya. bantahnya
Ibu : "Bener nih nak,kamu sedang tidak dalam masalah",
Ang'ger : "Betul Ibuu", masa aku berbohong dengan ibu, "dalam hatinya ia memint ma'af atas perihal barusan yang menutupi dalam benaknya telah berbohong", maafkan Aku buu.
Ibu : "Ya sudah Ger,sekarang lekaslah kamu makan, Ibu telah menyiapkannya dari tadi.
Ang'ger : "mari buu, kita makan.
Ang'ger : "Tidak Bu, Aku baik-baik saja kok" Bu, mari kita makan mumpung masih hangat nih masakannya. bantahnya
Ibu : "Bener nih nak,kamu sedang tidak dalam masalah",
Ang'ger : "Betul Ibuu", masa aku berbohong dengan ibu, "dalam hatinya ia memint ma'af atas perihal barusan yang menutupi dalam benaknya telah berbohong", maafkan Aku buu.
Ibu : "Ya sudah Ger,sekarang lekaslah kamu makan, Ibu telah menyiapkannya dari tadi.
Ang'ger : "mari buu, kita makan.
Sambil menikamti makan malam,ibunya bercerita dan juga menasehati anak semata wayangnya, Nak dalam hidup ini kamu jangan sampai melakukan tindak yang belum tentu kamu ketahui terlebih dahulu kebenarannya, kamu harus bisa memahami likuk keinginanmu yang menurut kamu itu benar apa tidak, meskipun ternyata itu benar, kamu jangan langsung melangkah. Hargai orang yang lebih tua darimu, sayangilah orang yang lebih muda darimu, kelak kamu nanti sudah tua, rangkulah orang yang lebih muda serta hormailah seperti ia menghormatimu, jaga langkahmu, tutur katamu, etikamu dengan mereka, siramlah ia dengan kerendahan dirimu, jangan semerta kau lebih tua ingin dihargai dan disanjung oleh yang muda. terimalah segala saran darinya jikala kamu sedang berdiskusi dan sebijak mungkinlah kau mengambil tindakan jangan sampai merendahkannya dalam sikapmu.
Anakku, Ibu sangat berharap kalau kau tumbuh besar dalam bimbingan serta ketakwa'an, teruslah kau belajar memahami dengan kehidupanmu, jika kau belum mampu menemukannnya, carilah dan teruslah mempelajarinya, jagalah setiap derai langkahmu, jiwamu, lisanmu, fikiranmu dan juga tanganmu,jangan kau kotori semuah itu dengan amara nafsu belaka, jangan kau nodai atas apa yang telah kau bersihkan melalui setiap tetesan Air wu'dumu, basuhlah setiap relung sukma dalam batinmu dengan sholatmu, jagalah seluruh anggota luarmu dengan setiap lantunan yang kau bacakan. Ingat-ingat anakku, dalam kehidupan ini penuh dengan teka-teki dalam perjalanan, jangan sampai kau mengikuti perminannya, keraskanlah keinginanmu demi dirimu tanpa harus merugikan bahkan menjatuhkan orang lain, berpegang teguhlah atas prinsip dasar Guru dan juga Ibumu, keringat yang kau teteskan dari setiap langkahmu tadi pagi adalah menunjukan sifat rendahmu dengan kenyataan, gerak langkahmu jangan sampai kau terselubung dimensi kenistaan.
Ang'ger, jangan kau ikuti jejak langka yang telah bapak lakukan terhadapmu bukan terhadapku, suatu saat Ibu akan mengatakannya agar kamu bisa memahami dalam fakta kehidupan, bendunglah rasa dahagamu atas bentuk duniawi ini, gunakanlah hanya sebatas setiap kebutuhanmu bukan keinginan, jika kau hanya menggunakan secara keinginan, maka rasa cukup yang ada didalam hatimu yang ada merasa kurang dalam menggunakan dan memilikinya. kehidupan kita tidak akan lama anakku, jangan kau lakukan keserakahanmu membudaki jiwamu, buang jauh-jauh muslihat tipu daya yang bisa menghancurkan semua harapanmu kelak nanti anakku. Ibu yakin kau pasti mampu melakukannya, karenaa setiap pagi hingga petang menghampiri senja tiba, ibu tanpa lelah dalam benak batin ini untuk terus menanamkan benih-benih do'a untukmu, dikala pagi ibu menahan dahaga dalam kerongkongan dan menahan lapar hingga sore senja, hanya semata untukmu aku meminta Ridlho dengan yang Maha Kuasa.
0 Response to "Sebongkah Harapan ( Cerita Bersambung - Episode 3 )"
Post a Comment