Sebongkah Harapan ( Cerita Bersambung - Episode 6 )
Sembari menyiapkan segala barang dagangannya, Ang'ger benar-benar merasa sedih dengan situasi yang belum siap ia terima atas konsekuensinya, ratapan perjalanan kehidupan keluarganya tak pernah henti-hentinya menghadapi segala cobaan. hanya sebuah kesabaran yang memberikan kekuatan dengan sepenuhnya, keseharian Ang'ger selalu penuh dengan kesederhanaan yang selalu ia tampakkan dihadapan umun. Ang'ger adalah salah satu keluarga yang paling sederhana dan juga sangat lembut. Entah apa yang ada difikiran bapaknya yang telah meninggalkan ibunya sa'at mengandung 5 bulan tanpa sebab, sekan-akan ia meninggal bekas yang tidak bisa di ukir dengan kata-kata, Antara sakit dan kecewa yang ada di dalam benak ibunya.
Selama 16 Tahun lamanya ibu memendam dan tidak menceritakan akan perihal ayah yang telah meninggalkan aku saat masih di dalam kandungan, Entah syaitan apa yang telah menyelubungi jalan fikiran dan juga hati nurani ayah. seperti tidak memiliki belas kasihan dan juga kasih sayang terhadap wanita yang telah ia nikahi. Semuah kejadian pada 16 tahun silam seakan-akan adalah masa kelamnya ibu dalam kehidupan dan sampai saat ini, sungguh, sebuah kejadian yang sangat singat dan cepat. akan tetapi, mampu meninggalkan sebuah kenangan yang membekas dengan sangat pahit dan sakit, yang tidak bisa di hilangkan.
Bapak, kenapa engkau sungguh tega melakukan semuahnya terhadap aku dan juga ibu, engkau dengan ringannya melangkah pergi, dengan begitu santainya dari setiap perjalanan muh, tanpa ada sedikitpun beban yang kau pikul. 16 tahun lamanya engkau telah menghilang dari hadapan ibu, aku yang belum tersentuh oleh tangan muh, yang sebagai tonggak keluarga. semenjak aku di lahirkan di bumi ini. kedua telingaku tidak mendengar kumandang adzan dan juga qomat dari lisan muh, andai aku boleh memilih dengan sebuah kenyataan, akan aku pilih untuk tidak di lahir di bumi ini.
Sungguh memilukan dari setiap jangkahan derai langkah ku ini Bapak, kau yang berbuat dengan sangat mudah dan ringan, tapi kenapa berat dan susah bagi diri saya untuk melangkah. aku hanya ingin memiliki ke umuman dari keluarga yang lain, seorang ayah yang senantiasa membimbing dan mengarahkan anaknya agar menjadi yang lebih baik lagi. justru aku, malah sebalikannya dari apa yang sudah aku lihat sendiri.
Fikiran Ang'ger kini secara perlahan sudah mulai bisa membaca situasi keada'an ibunya, seorang ibu yang selalu gigih dalam kesaharian menjalankan kehidupan tanpa mengingatkan yang sudah ia alami, Tempat yang telah pecah tidak akan mampu kembali seperti semula. sayatan hati yang tergores tidak mampu hilang akan bekasnya, dari setiap sayatan yang dialami selalu menerpa batin, seakan-akan ia memaksa ingin sekali menghancurkan sebuah harapan dari setiap manusia yang sudah merencanakan akan kehidupan yang harus di jalani.
perjalanan dalam sebuah ikatan suci hanya dilewati dalam waktu 3 tahun, sebuah ikrar yang mengikat manusia kedalam sebuah bahtera yang di mulyakan agama, seakan-akan sudah runtuh dengan sebuah kejadian yang tidak di sengaja. Tidak... aku tidak boleh benci terhadap ayahku sendiri yang sebagai orang tua ku, meskipun aku berkata dalam hati yang tersakti oleh ayah, mungkin semuah ini pasti ada sebabnya. tidak mungkin ayah yang tidak peduli dengan aku dan juga ibu.
saya tidak boleh melakukan kebencian yang sebagai anak terhadap seorang ayah sekaligus orang tua, ini sangat memberikan logika yang sangat jelas atas penyebabnya, aku sebagai seorang anak tidak patut membenci ayah, meskipun ayah yang tidak peduli terhadap aku, sedangkan aku sangat yakin, bahwasanya ayah suatu saat pasti akan datang dan juga menjelaskan akan semuah perihal ini. meskipun andai memang benar, jika aku suatu saat kecewa pada ayah.
0 Response to "Sebongkah Harapan ( Cerita Bersambung - Episode 6 )"
Post a Comment